Mendikbud Sebut UN Bawa Pelajar ke Orientasi Belajar yang Salah
Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Dwi Murdaningsih
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy menyebut salah satu alasan rencana moratorium ujian nasional (UN) karena membawa pelajar dalam orientasi proses belajar yang salah. "UN cenderung membawa proses belajar ke orientasi yang salah," kata dia dalam rapat kerja dengan Komisi X DPR RI di Komeks Parlemen Senayan, Jakarta, Kamis (1/12).
Muhadjir menjabarkan selama ini UN hanya menguji ranah kognitif atau bebetapa matabpelajaran saja. Orientasi berlebihan pada UN akan membuat sekolab cenderung mengesampingkan atau mereduksi hakekat pendidikan, yakni, membangun karakter, perilaku dan kompetensi. Selama ini, pemerintah menilai sekolah cenderung hanya terfokus pada mata pelajaran yang diberikan pada UN. Sehingga, kurang memperhatikan mata pelajaran lainnya.
Kedua, pemerintah menilai, kendati UN sebagai proses evaluasi yang bersifat massal, tetapi bentuk instrumen UN adalah pilihan ganda. Fokus berlebihan pada UN akan menjauhkan diri dari pembelajaran yang mendorong siswa berfikir kritis, analitis dan praktik penulisan esaisebagai latihan mengekspresikan pikiran dan gagasan anak didik.
Muhadjir menyebut, apabila digunakan sebagai alat pemetaan mutu, maka UN bukanlah alat pemetaan yang tepat. Alasannya, pemetaan mutu yang baik menuntut instrumen yang berbeda dengan instrumen UN. Pemetaan mutu tidak perlu dilakukan setiap tahun dan tidak perlu diberlakukan untuk seluruh siswa. Selain itu, ia mengatakan, sebenarnya UN harus terkait dengan kelulusan atau meneruskan ke jenjang yang lebih tinggi.
Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Dwi Murdaningsih
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy menyebut salah satu alasan rencana moratorium ujian nasional (UN) karena membawa pelajar dalam orientasi proses belajar yang salah. "UN cenderung membawa proses belajar ke orientasi yang salah," kata dia dalam rapat kerja dengan Komisi X DPR RI di Komeks Parlemen Senayan, Jakarta, Kamis (1/12).
Muhadjir menjabarkan selama ini UN hanya menguji ranah kognitif atau bebetapa matabpelajaran saja. Orientasi berlebihan pada UN akan membuat sekolab cenderung mengesampingkan atau mereduksi hakekat pendidikan, yakni, membangun karakter, perilaku dan kompetensi. Selama ini, pemerintah menilai sekolah cenderung hanya terfokus pada mata pelajaran yang diberikan pada UN. Sehingga, kurang memperhatikan mata pelajaran lainnya.
Kedua, pemerintah menilai, kendati UN sebagai proses evaluasi yang bersifat massal, tetapi bentuk instrumen UN adalah pilihan ganda. Fokus berlebihan pada UN akan menjauhkan diri dari pembelajaran yang mendorong siswa berfikir kritis, analitis dan praktik penulisan esaisebagai latihan mengekspresikan pikiran dan gagasan anak didik.
Muhadjir menyebut, apabila digunakan sebagai alat pemetaan mutu, maka UN bukanlah alat pemetaan yang tepat. Alasannya, pemetaan mutu yang baik menuntut instrumen yang berbeda dengan instrumen UN. Pemetaan mutu tidak perlu dilakukan setiap tahun dan tidak perlu diberlakukan untuk seluruh siswa. Selain itu, ia mengatakan, sebenarnya UN harus terkait dengan kelulusan atau meneruskan ke jenjang yang lebih tinggi.
Muhadjir menjabarkan selama ini UN hanya menguji ranah kognitif atau bebetapa matabpelajaran saja. Orientasi berlebihan pada UN akan membuat sekolab cenderung mengesampingkan atau mereduksi hakekat pendidikan, yakni, membangun karakter, perilaku dan kompetensi. Selama ini, pemerintah menilai sekolah cenderung hanya terfokus pada mata pelajaran yang diberikan pada UN. Sehingga, kurang memperhatikan mata pelajaran lainnya.
Kedua, pemerintah menilai, kendati UN sebagai proses evaluasi yang bersifat massal, tetapi bentuk instrumen UN adalah pilihan ganda. Fokus berlebihan pada UN akan menjauhkan diri dari pembelajaran yang mendorong siswa berfikir kritis, analitis dan praktik penulisan esaisebagai latihan mengekspresikan pikiran dan gagasan anak didik.
Muhadjir menyebut, apabila digunakan sebagai alat pemetaan mutu, maka UN bukanlah alat pemetaan yang tepat. Alasannya, pemetaan mutu yang baik menuntut instrumen yang berbeda dengan instrumen UN. Pemetaan mutu tidak perlu dilakukan setiap tahun dan tidak perlu diberlakukan untuk seluruh siswa. Selain itu, ia mengatakan, sebenarnya UN harus terkait dengan kelulusan atau meneruskan ke jenjang yang lebih tinggi.
0 komentar:
Posting Komentar