Senin, 12 Desember 2016

Teks Syarhil Qur'an_Islam dalam Kehidupan Multikultular

Teks Syarhil Qur'an_Islam dalam Kehidupan Multikultular
Image result for pidato bekerja dalam perspektif islam

ISLAM DALAM KEHIDUPAN MULTI KULTURAL


السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
اَلْحَمْدُ لِلّهِ الَّذِيْ جَعَلَ اْلإِنْسَانَ خَلِيْفَةً، بِاِرْسِطَاةِ وَاَنْوَاعِ مُخْتَلِفَةٍ. وَبِذَالِكَ اَوْجَبَ عَلَيْنَا اِخْوَةِ. الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلى رَسُوْلِ الِلّه وَعَلى الِه وَصَحْبِه وَمَنْ تَبِعَ رِسَالَتَهُ {اما بعد}


Dewan hakim yang mulia
Para hadirin yang berbahagia, dari manapun asalnya, apapun sukunya, dan siapapun dia, saat ini kita besama-sama berkumpul diarena ini, berbaur menjalin silaturrahim antara satu dengan yang lainnya.


Indonesia merupakan salah satu negara multikultural terbesar di dunia. Hal ini dapat dilihat dari kondisi sosio-kultural maupun geografis yang begitu beragam dan luas. Populasi penduduknya lebih dari 200 juta jiwa, terdiri dari 300 suku yang menggunakan hampir 200 bahasa yang berbeda. Selain itu mereka juga menganut agama dan kepercayaan yang beragam seperti Islam, Kristen, Hindu, Budha, Konghuchu serta berbagai aliran kepercayaan lainnya.
Kita patut berbangga bahwa negara kita ini, adalah Negara yang kaya raya dengan beragam agama, suku, bahasa dan budaya tersebut. Tapi yang perlu kita ingat para hadirin….hendaknya perbedaan, kemajemukan, dan keragaman tersebut membuat kita lebih kuat dan lebih hebat. Hindari Rasisme dan diskriminisme karena paham tersebut merupakan paham yang sangat paradoks dengan kemajemukan. Penghargaan dalam Islam tidak berdasarkan ras, suku, keturunan, prestise, tapi penghargaan dalam Islam berdasarkan amal dan prestasi.
Lalu bagaimana pandangan islam dalam menyikapi kehidupan yang beragam ini? sebagai jawabannya tema Syarhil qur’an yang akan kami sampaikan “ISLAM DALAM KEHIDUPAN MULTI KULTURAL”, yang akan kami uraikan dengan berlandaskan surah Al-Hujurat ayat 13 sebagai berikut :

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Artinya : “Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi MahaMengenal”
Dewan hakim dan hadirin yang kami hormati
Ayat tadi, dari segi ilmu balaghah merupakan kalam khabar,mengandung misii informasi. Sedangkan secara historis sosiologis, menurut ibnu Asy-Syakir dalam kitabul mubhamat, yang bersumber dari Abu Bakar bin Abi Dawud, ayat tersebut diturunkan sebagai teguran kepada bani Baydhah yang menolak dinikahkan olehRasulullah saw kepada budak mereka yang bernama Abi Hindin. Pada saat itu, datang Jibril menyampaikan wahyu surah Al-Hujurat ayat 13 tadi, bahwa Allah SWT menciptakan manusia dari jenis laki-laki dan perempuan, bercorak suku dan berlainan bangsa. Semua memiliki harkat, derajat dan martabat yang sama di hadapan Allah SWT, fungsinya :
لِتَعَارَفُوا أَيْ لِيَحْصِلَ بَيْنَكُمُ الْتَعَارَفُ وَالتَّأَلَّفُ
Agar kamu saling mengenal, menjalin komunikasi harmoni, menebarkan cinta kasih yang tiada pilih kasih serta menyamakan rasa sayang yang tiada pandang sayang. Demikian penjelasan Ali Ash-Shabuni dalam Shafwatut tafasirnya.
Dengan kata lain, ayat ini merupakan landasan theologies, yang sangat strategis membangun ukhuwah wathaniyah sebagai pilar persatuan dan kesatuan di negeri tercinta ini. Langkah awalnya, kita harus saling mengenal, bukan saling menutup diri, melecehkan, menghina, membanggakan kelompok, suku bangsa, adat istiadat maupun daerah masing-masing, sebab itu semua wahai para hadirin, merupakan virus-virus persatuan, penghambat persatuan, bahkan penghancur persatuan bangsa, betul...?
Saudara-saudara, apakah rela bangsa yang besar yang dibangun dengan susah payah oleh para pendahulu kita, dengan genangan air mata, cucuran keringat, bahkan kocoran darah para syuhada ini, harus porak poranda hanya gara-gara kepentingan kelompok, suku dan golongan ? tentu tidak ! ingat Rasulullah bersabda :
لَيْسَ مِنَّا مَنْ دَعَا عَلَى عَصَبِيَّتِهِ وَلَيْسَ مِنَّا مَنْ مَاتَ عَلَى عَصَبِيَّتِهِ
"Bukan golongan kita, orang yang membangga-banggakan kesukuan, dan bukan golongan kita orang yang mati karena membela, mempertahankan dan memperjuangkan kesukuan".
oleh karena itu saudara-saudaraku sebangsa dan setanah air, kami menghimbau untuk memperkokoh persatuan di antara kita, kita bina kebersamaan dan kita junjung tinggi semangat Bhinneka Tunggal lka, setuju .... ?
Allah SWT mengisyaratkan agar saya, saudara dan kita semua memperkokoh persatuan dan kesatuan, serta melarang bercerai-berai, sebagaimana yang tertuang dalam firman-Nya yang berbunyi :

وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا ۚ وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَىٰ شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ

Artinya : “dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat­ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk”.

Hadirin yang kami hormati
Menurut Al Faryabi dan Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Ibnu Abbas, asbabun nuzul ayat ini adalah berkenaan dengan pertentangan antara kaum Aus dan kaum Khazraj sampai-sampai tatkala Rasulullah sedang sakit, tiba-tiba terdengar pertentangan kedua suku tersebut, mereka terus terlibat ke dalam bentrokan fisik dengan cara-cara jahiliyah. Meski Rasulullah dalam keadaan sakit parah, sambilberjalan sempoyongan, beliau tetap berusaha untuk melarai pertengkaran yang terjadi di antara kedua suku tersebut. Nampak tubuhnya lemas, wajahnya pucat‑ pasi, air mata berlinang membasahi pipi, bibirnya kering bergetar, suaranya parau dengan terputus-putus, beliau bersabda:
اَبَدًا اَبَدًا اَبَدًا الْجَاهِلِيَّةُ مِنْ بَعْدِ مَا جَآءَتْهُمُ الْبَيِّنَاتِ وَاَنَا اَحْضِرُ بَيْنَكُمْ
"Apakah kamu akan kembali ke dalam tradsi jahiliyah ( bepecah-belah ) setelah datang penjelasan-penjelasan dan aku masih hadir di antara kalian?".
Nampak suasana hening mencekam, sementara kaum Aus dan Khazraj, mereka menundukkan kepala sebagai tanda hormat, berbalut malu kepada baginda Rasulullah saw karena mereka berseteru. Sikap Rasul ini wahai para hadirin, merupakan realisasi ukhuwah Islamiyah yang tergambar pada ayat ini yang harus kita teladani, kenapa ? karena perpecahan antara kaurn Aus dan Khazraj merupakan symbol bibit-bibit perpecahan internal Islam. Realitas sering menunjukkan terkadang cuma gara-gara perbedaan furu'iyah berlainan organisasi yang dipengaruhi kepentingan pribadi dan kelompok, Lantas pisah partai, putussillaturrahim, berakhir dengan saling tonjok, saling rampok bahkan bisa berujung saling bacok. Na'udzubillahi min dzalik. Padahal bukankah sesama muslim itu bersaudara, sesama mukmin ibarat satu bangunan, bukankah sesama insan beriman bagaikan satu tubuh, yang jika satu sakit yang lain harus merasakan derita kepayahan. Karena mayoritas bangsa Indonesia beragama Islam, jika internal Islam berseteru maka persatuan bangsa akan terganggu, betul ?
Oleh karena itu, mulai detik ini kita Betulkan langkah, seragamkan gerak, satukan persepsi, berat sama dipikul ringan sama dijinjing. Perbedaan jangan menimbulkan perpecahan tapi dengan perbedaan harus saling menghargai dan melengkapi.

Hadirin yang berbahagia
Sebagai penutup dari syarahan ini, dapat disimpulkan bahwa persatuan dan kesatuan merupakan syarat yang paling utama untuk membangun bangsa, oleh karena itu dalam memandang pentingnya merajut kebersamaan dan merangkai persatuan di Republik yang kehidupannya multi kultural ini. Caranya adalah dengan memantapkan ukhuwah wathaniyah dan ukhuwah Islamiyah. Bila kedua upaya ini kita lakukan, kami yakin persatuan bangsa kita terbina, keutuhan NKRI akan lestari, dan Indonesia akan jaya dengan keragamaannya. Amin ya rabbal `alamin...
Demikianlah syarahan Qur’an yang dapat kami sampaikan, semoga bermanfaat, kurang lebihnya mohon maaf.
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

0 komentar:

Posting Komentar